Semestinya dipahami bahwa bukanlah kekuatan fisik semata yang dikatakan kekuatan yang membedakan setiap individu. Karena kekuatan fisik ini juga terdapat pada hewan ternak, bahkan lebih besar daripada manusia. Akan tetapi kekuatan yang membedakan manusia dari yang lainnya dan sepantasnya seorang da’i menghiasi dirinya dengan kekuatan menjaga atau menekan hawa nafsunya agar jauh dari berbagai pengaruh dan dorongan – dorongan emosional, jauh dari berbagai pengaruh dan dorongan – dorongan emosional, jauh dari sifat marah dan semangat yang berlebihan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ orang yang kuat itu bukanlah dengan bergulat ( fisik). Orang yang kuat itu ialah yang sanggup mengendalikan dirinya ketika marah. “ ( HR. Bukhari Kitabul Adab 12/148 no.6114 )
Mengapa demikian? Karena rasa marah sering menyebabkan rusaknya pengendalian seorang dalam urusannya. Demikian yang ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika seorang sahabat meminta nasehat beliau :
“ jangan marah “
Dan beliau mengulang – ngulangnya. Bahkan para ulama memberlakukan satu ketetapan syari’at bagi merereka yang terjun dalam dakwah mengajak manusia kembali kepada Allah Subhanahuwata’ala, tapi tidak memiliki kesabaran dan santun, dengan menyatakan tidak ada kebaikan bagi dakwahnya. Dan dalam hal ini, tidak dia tidak disyari’atkan untuk berdakwah
Imam Ibnu Taimiyah rahimahumullah menegaskan :
“ Maka jika kalau hal itu mendorong kepada kejahatan yang lebih besar, maka tidak disyari’atkan ( baginya untuk berdakwah ). Misal seorang yang memerintahkan kebaikan tetapi tidak mempunyai kesabaran, kemudian disakiti dan mengeluh. Akhirnya dengan sikap yang demikian membuatnya berdosa dan mengurangi iman dan agamanya. Orang yang seperti ini, tidak mungkin mendatangkan kebaikan, tidak untuk dirinya apalagi untuk orang lain yang diajaknya. Berbeda kalau dia bersabar dan bertakwa serta berjuang dengan sungguh – sungguh ( berjihad ) dan tidak memlampaui batas yang Allah Subhanahuwata’ala tetapkan. Bahkan betul – betul memanfaatkan ketakwaan dan kesabaran itu, maka seorang da’i seperti inilah yang akan berhasil di kemudian hari dan layak dipuji.
Hal hal yang menunjukan betapa pentingnya kesabaran dalam hidup seorang da’i diantaranya ialah bahwah Allah Subhanahuwata’ala menjadikan sabar itu sebagai watak bagi hamba – hamba Nya yang berilmu. Yang menyelisihi jalan orang – orang jahil, dengan firmannya :
وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“ Dan hamba – hamba Ar Rahman ( Rabb Yang Maha Penyayang ) itu ialah orang – orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang – orang yang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata – kata yang hak” (Al Furqan : 63)
Bahkan Allah Subhananhuwata’ala menegaskan bahwa sabar adalah sebab keberuntungan dan kesuksesan serta keselamatan. Sebagaimana firmanNya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“ Hai orang – orang yang beriman bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga ( di perbatasan negerimu ) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Al Imran : 200 )
Diantara pengaruh besar kesabaran dan buahnya ialah bahwasannya Allah Subhanahuwata’ala telah menjadikan kesabaran dan keteguhan di jalan dakwah mengajak manusia kepada Allah itu sebagai sebab diperolehnya kedudukan imamah ( kepemimpinan ) dalam agama.
Syaikhul Ibnu Taimiyah menerangkan :
“ Allah telah menjadikan imamah dalam agama ini hanya diperoleh dengan kesabaran dan keyakinan, dengan firmanNya :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“ Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin –pemimpin yang memberi dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan adalah meraka meyakini ayat – ayar Kami. “ ( As Sajdah : 24 )
Maka sesungguhnya di antara agama ini seluruhnya adalah ilmu tentang al haq, mengamalkannya. Dan pengamalannya tentunya membutuhkan kesabaran, demikian pula mendapatkan ilmunya, butuh kesabaran.
Oleh karena itu, hal – hal yang menunjukan keutamaan kesabaran, terutama bagi para da’i yang berjalan di atas Al haq dan mendakwahanya, memperoleh derajat yang tinggi, merupakan buah dari kesabarannya dalam aagamaNya. Dimana Allah berfirmran :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
“ Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang – orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang- orang yang sabar “ ( Al Imran : 142 )
Bahkan Allah Subhanwahuwata’ala telah membuat ukuran tertentu bagi setiap amalan, kecuali sabar. Karena nilanya jauh di atas ukuran dan batas perhitungan tertentu. Firman Allah Subhanahuwata’ala :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“ Sesungguhnya hanya orang – orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” ( Az Zumar : 10 )
( Dikutip dari buku Manhaj Dakwah Salafiyah, Pustaka Al HAURA)