Ditulis Oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Kaum musyrikin Quraisy bersikap memusuhi kaum beriman. Bahkan, Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam juga tak luput dari sikap kasar dan keras dari mereka.
Suatu ketika, saat Nabi shollallahu alaihi wasallam sedang melakukan sholat di dekat Ka’bah, datanglah Uqbah bin Abi Mu’aith mencekik Nabi dengan kain yang dibawanya. Melihat hal itu, Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu anhu bertindak menghalanginya, sambil membaca ayat:
أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ
Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki yang mengatakan: Rabbku adalah Allah, padahal telah datang kepada kalian bukti-bukti (penjelasan) dari Rabb kalian?! (Q.S Ghofir ayat 28) (H.R al-Bukhari)
Ayat yang dibacakan oleh Abu Bakr ash-Shiddiq tersebut adalah tentang ucapan seorang beriman yang menyembunyikan keimanannya di masa Fir’aun. Ali bin Abi Tholib mempersaksikan bahwa Abu Bakr lebih baik dibandingkan orang yang disebutkan dalam ayat itu. Bahkan Ali menyatakan bahwa Abu Bakr adalah manusia –setelah Nabi- yang paling pemberani.
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu pernah berkhutbah di hadapan manusia: Siapakah manusia yang paling pemberani? Orang-orang mengatakan: Anda. Ali menyatakan: Kalau ada yang mengajak aku bertarung satu lawan satu, aku akan meladeninya. Tapi manusia pemberani itu adalah Abu Bakr. Ketika orang-orang Quraisy mendekati Nabi (hendak berbuat buruk terhadap beliau) sambil berkata: Apakah engkau yang menjadikan sesembahan yang banyak ini hanya satu saja?! Melihat gelagat orang-orang itu semakin mengerumuni Nabi dan akan berbuat buruk terhadap beliau, Abu Bakr datang menghalau mereka, sambil berkata: Celaka kalian, apakah kalian akan membunuh seseorang yang mengatakan: Rabbku adalah Allah?!
Setelah menyampaikan hal itu, Ali menangis. Kemudian Ali berkata: Aku bertanya kepada kalian demi Allah, Apakah orang beriman dari keluarga Fir’aun lebih utama ataukah Abu Bakr? Orang-orang terdiam. Ali kemudian berkata: Demi Allah, sesaat di waktu Abu Bakr lebih baik dibandingkan sepenuh bumi orang yang beriman di masa Fir’aun. Orang (yang bersama Fir’aun itu) menyembunyikan keimanannya, sedangkan Abu Bakr menampakkan keimanannya (riwayat al-Bazzar, dinukil oleh al-Hafidz dalam Fathul Bari, juga disebutkan Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah)