Ditulis oleh Al Ustadz Abu Utsman Kharisman
Demikian masyhurnya sifat-sifat kebaikan yang ada pada Abu Bakr, sampai-sampai orang yang masih musyrik pun mengakuinya dan membela beliau. Mari disimak kisah yang termaktub dalam Shahih al-Bukhari berikut ini.
Saat sikap kaum musyrikin Quraisy sudah melampaui batas, Abu Bakr berencana berhijrah ke Habasyah. Di tengah perjalanan, beliau berjumpa dengan Ibnud Daghinah. Ibnud Daghinah bertanya: Hendak ke manakah anda wahai Abu Bakr? Abu Bakr berkata: Aku diusir oleh kaumku. Aku akan pergi menjelajah bumi agar bisa beribadah kepada Rabbku.
Ibnud Daghinah berkata: Orang sepertimu tidak layak keluar atau diusir. Anda suka membantu orang yang tak berpunya, menyambung silaturrahmi, meringankan beban orang kesusahan, suka memuliakan tamu, banyak menolong dalam kebaikan. Kembalilah ke kampung anda. Saya yang akan menanggung pembelaan terhadap anda. Silakan beribadah di tempat kediaman anda.
Ibnud Daghinah yang masih musyrik bersedia menjadi penjamin keamanan Abu Bakr as-Shiddiq karena benar-benar mengakui dan merasakan kebaikan akhlak Abu Bakr sejak dulu.
Abu Bakr terbaik di masa Jahiliyyah, dan menjadi terbaik setelah Islam, karena beliau faqih (paham Dien dengan baik).
خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا
Orang terbaik di antara mereka di masa Jahiliyyah adalah yang terbaik di antara mereka dalam Islam jika mereka faqih (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Kemudian Ibnud Daghinah berkeliling menyampaikan jaminan keamanan itu kepada orang-orang musyrikin Quraisy. Para musyrikin tersebut memperbolehkan Abu Bakr beribadah, namun terbatas hanya di rumahnya saja. Dilarang menampakkan atau memperdengarkan ibadahnya, khawatir bisa mempengaruhi anak dan istri orang-orang Quraisy tersebut.
Abu Bakr pun membangun masjid di halaman rumahnya. Beliau sholat di dalamnya. Di keheningan malam beliau lantunkan ayat-ayat al-Quran. Beliau membacanya dengan demikian khusyu’ dan menangis. Hal itu mengundang para istri dan anak-anak Quraisy tertarik dengannya.
Hal itu jelas membuat gusar orang-orang musyrikin Quraisy, sehingga mereka menyampaikan kepada Ibnud Daghinah agar memberikan pilihan kepada Abu Bakr: harus beribadah tersembunyi, atau menarik jaminan keamanan terhadapnya.
Saat Ibnud Daghinah menyampaikan pilihan tersebut, Abu Bakr berkata:
فَإِنِّي أَرُدُّ إِلَيْكَ جِوَارَكَ وَأَرْضَى بِجِوَارِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلّ
Sesungguhnya aku mengembalikan perlindunganmu, dan aku ridha dengan perlindungan Allah Azza Wa Jalla (H.R al-Bukhari)
Pada saat perjanjian Hudaibiyyah, Urwah bin Mas’ud sempat meremehkan para Sahabat yang bersama Nabi, jika terjadi pertempuran akan lari meninggalkan beliau. Abu Bakr as-Shiddiq radhiyallahu anhu kemudian menimpali dengan ucapan yang sangat keras dan pedas terhadap Urwah bin Mas’ud. Awalnya, Urwah bin Mas’ud bertanya, siapakah yang mengucapkan demikian? Setelah diberitahu bahwa yang mengucapkan ucapan keras tersebut adalah Abu Bakr ash-Shiddiq, Urwah tidak berani membalas dengan ucapan yang keras juga, karena ia merasa Abu Bakr pernah berjasa terhadapnya. Urwah bin Mas’ud berkata:
أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلَا يَدٌ كَانَتْ لَكَ عِنْدِي لَمْ أَجْزِكَ بِهَا لَأَجَبْتُكَ
Demi Yang jiwaku berada di TanganNya, kalaulah tidak karena kebaikan yang pernah engkau berikan kepadaku yang aku tidak bisa membalasnya, niscaya aku akan menjawab ucapanmu tadi (H.R al-Bukhari)