Di antara doa Nabi:
“Dan aku memohon kepada-Mu kesejukan hidupm setelah kematian.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim di dalam As-Sunnah dari Fudhalah bin ‘Ubaid dengan sanad yang shahih dan disebutkan di dalam Ash-Shahihul Musnad karya Ayahanda.
Ibnu Qayyim mengatakan di dalam Ighatsatul Lahafan (1/29):
“Tatkala kehidupan di dunia ini tidak bisa menyejukkan seorangpun, siapapun dia, bahkan dipenuhi oleh kesedihan dan keletihan serta diliputi kepedihan-kepedihan lahir maupun batin, maka beliau meminta kesejukan hidup setelah kematian.”
Seorang penyair mengatakan:
Delapan perkara yang pasti dialami seseorang
Dan kedelapan perkara itu pasti berlaku padanya
Kegembiraan dan kegelisahan, berkumpul dan berpisah,
Kemudahan dan kesulitan, kemudian sakit dan sehat
Dunia dianggap sebagai ladang bagi kehidupan akhirat. Di dunia, seseorang menanam kebaikan dan kejelekan. Di akhirat kelak dia akan menuainya. Jika yang ditanam adalah kebaikan, maka kebaikan pula yang akan ia peroleh. Dan jika yang dia tanam adalah kejelekan, maka kejelekan pulalah yang akan dia peroleh.
Dahulu cita-cita para sahabat sangat tinggi. Mereka tidaklah bertanya kecuali tentang surge, dan tidaklah menginginkan kecuali surge. Al-Imam Al-Bukhari berkata (3/1397):
Muhammad bin Abdurrahim telah berkata kepadaku: ‘Affan bin Muslim telah berkata kepada kami: Wuhaib telah berkata kepada kami, dari Yahya bin Sa’id bin Hayyan, dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah:
“Bahwa ada seorang Arab badui mendatangi Nabi, maka dia berkata: ‘Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang jika aku melakukannya aku masuk surge.’ Beliau bersabda: ‘Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa ramadhan.’ Orang Arab badui itu berkata: ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, saya tidak akan menambahkan atas ini.’ Tatkala laki-laki itu telah pergi, Nabi bersabda: ‘Barangsiapa yang ingin melihat lelaki dari penduduk surge, maka hendaklah dia melihat orang ini’.”
Al-Imam Al-Bukhari berkata (11/6282):
Isma’il telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Malik telah berkata kepadaku, dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Malik, bahwa dia (Ishaq) mendengar Anas berkata:
“Dahulu jika Rasulullah pergi ke Quba’, beliau menemui Ummu Haram bintu Milham. Maka Ummu Haram member jamuan kepada beliau, dan dia adalah istri ‘Ubadah bin Ash-Shamit. Pada suatu hari beliau masuk menemuinya, lalu dia member jamuan makan kepada beliau. Setelah itu Rasulullah tidur, kemudian bangun sambil tertawa. Ummu Haram berkata: Saya bertanya: ‘Wahai Rasulullah apa yang membuat Anda tertawa?’
Beliau menjawab: “Sekelompok manusia dari umatku ditampakkan kepadaku dalam keadaan berperang di jalan Allah. Mereka menaiki perahu di atas lautan ini sebagai raja-raja di atas singgasana.” Atau beliau berkata: “Seperti raja-raja di atas singgasana.” Ishaq (seorang perawi) ragu tentang kalimat ini.
Aku (Ummu Haram) berkata: “Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan saya sebagai bagian dari mereka.” Maka beliau berdoa kemudian meletakkan kepalanya lalu tidur. Kemudian beliau terbangun lagi sambil tertawa.
Maka aku berkata: ‘Apa yang membuat anda tertawa, wahai Rasulullah?’
Beliau berkata: ‘Sekelompok manusia dari umatku ditampakkan kepadaku dalam keadaan berperang di jalan Allah. Mereka menaiki perahu di atas lautan ini sebagai raja-raja di atas singgasana.’ Atau beliau berkata: ‘Seperti raja-raja di atas singgasana.’
Maka aku berkata: ‘berdoalah kepada Allah agar dia menjadikan saya sebagai bagian dari mereka.’
Beliau berkata: ‘Engkau tergolong orang yang pertama dari mereka.’
Maka dia mengarungi lautan di atas Mu’awiyah. Lalu dia terjatuh dari kendaraannya ketika mendarat dari laut, kemudian dia meninggal.”
( Diambil dari Nasehat Untuk Kaum Musliman, Pustaka Ar Rayyan )