BAB 9
Peringatan Bahayanya Duduk Dengan Ahli Bid’ah dan Ahli Ahwa serta Bergaul dan Berjalan Bersama Mereka
65. Al Fudlail bin Iyyadl berkata :
“Siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka berhati-hatilah darinya dan siapa yang duduk dengan ahli bid’ah tidak akan diberi Al Hikmah. Dan saya ingin jika antara saya dan ahli bid’ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping yahudi dan nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bid’ah.” (Al Lalikai 4/638 nomor 1149)
66. Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata :
“Tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bid’ah, duduk dan bergaul dengan mereka.” (Al Ibanah 2/475 nomor 495)
67. Dari Habib bin Abi Az Zabarqan ia berkata, Muhammad bin Sirin apabila mendengar ucapan ahli bid’ah, menutup telinganya dengan jarinya kemudian berkata :
“Tidak halal bagiku mengajaknya berbicara sampai ia berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.” (Al Ibanah 2/473 nomor 484)
68. Seorang ahli ahwa’ berkata kepada Ayyub As Sikhtiyani :
“Hai Abu Bakr, saya ingin bertanya tentang satu kalimat.”
Beliau menukas –sambil berisyarat dengan jarinya– :
“Tidak, meskipun setengah kalimat. Tidak, meskipun setengah kalimat.” (Al Ibanah 2/447 nomor 402)
69. Imam Ahmad berkata dalam risalahnya untuk Musaddad :
“Jangan kamu bermusyawarah dengan ahli bid’ah dalam urusan agamamu dan jangan jadikan dia teman dalam safarmu (bepergian).” (Al Adabus Syari’ah Ibnu Muflih 3/578)
70. Ibnul Jauzy berkata :
“Allah, Allah. Janganlah berteman dengan mereka ini (ahli bid’ah). Dan wajib kamu cegah anak-anak kecil bergaul dengan mereka agar jangan terpatri sesuatu (perkara bid’ah) dalam hati mereka dan jadikan mereka sibuk (mempelajari) hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam agar watak mereka terbentuk di atasnya.” (Ibid 3/577-578)
71. Imam Al Barbahary berkata :
“Apabila tampak bagimu satu perkara bid’ah pada seseorang maka jauhilah dia sebab sesungguhnya yang dia sembunyikan darimu jauh lebih banyak dari yang dia tampakkan.” (Syarhus Sunnah 123 nomor 148)
72. Dan kata beliau :
“Perumpamaan ahli bid’ah itu seperti kalajengking, mereka menyembunyikan kepala dan badan mereka di dalam tanah dan mengeluarkan ekornya maka jika mereka telah mantap dengan posisinya maka mereka menyengat mangsanya. Demikian pula ahli bid’ah, mereka menyembunyikan bid’ah di tengah-tengah manusia lalu apabila mereka telah mantap dengan kedudukannya mereka sampaikan apa yang mereka inginkan.” (Thabaqat Hanabilah 2/44)
Saya (Jamal bin Farihan) katakan, demikianlah keadaan Ikhwanul Muslimin (dan kelompok dakwah sempalan lainnya, pent.) mereka mencari kedudukan dan jika telah mantap posisi mereka maka mulailah mereka melancarkan tindakan-tindakan dalam menyelisihi Ahlus Sunnah.
(Sumber : Kilauan Mutiara Hikmah Dari Nasihat Salaful Ummah, terjemah dari kitab Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur, karya Syaikh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan Al Haritsi. Diterjemahkan oleh Ustadz Idral Harits, Pengantar Ustadz Muhammad Umar As Sewwed. Diambil dari www.assunnah.cjb.net.)