Al haq (Allah) Yang Maha Mulia sebutan-Nya berfirman dalam ayat-Nya yang muhkam :
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah : inilah (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikuti mengajak (kamu) kepada allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf : 108)
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata : “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Fushislat:33)”
Maka ketahuilah wahai kaum muslimin, semoga allah Subhanahuwata’ala memberi kita hidayah kepada semua urusan kita yang lurus. Bahwa perkara yang allah perintahkan Rasul-Nya Sholollohu’alaihiwassalam mendakwahkanya, dan ummatnya termasuk. Di dalamnya mempunyai dua landasan utama, yang tidak mungkin lepas salah satu dari yang lainya. Kedua landasan itu adalah ;
a. Perintah beribadah hanya kepada allah satu-satunya. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dorongan terhadap hal ini serta mempunyai sikap wala’ yang di dasari oleh perkara ini, sekaligus menyatakan kafir orang-orang yang meninggalkan perkara ini.
b. Peringatan tentang bahaya syirik dalam beribadah kepada allah. Tegas dalam perkara ini dan menunjukan sikap permusuhan yang di dasari kebencian terhadap masalah (syirik) ini serta menyertakan kafirnya orang-orang yang melakukanya
Asy Syaikh ‘Ubaid Bin Abdillah bin Sulaiman Al Jabiri menegaskan :
“inilah islam yang pengertiannya berserah diri kepada allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya melalui ketaatan dan albara-ah (menunjukan sikap benci dan antipati) terhadap syirik dan para penganutnya. Inilah yang di bawa oleh para nabi dan Rasul yang diutus oleh allah sejak pertama, Nabi Nuh hingga ditutup oleh nabi Muhammad Sholollohu’alahiwassalam.”
Allah berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) “sembahlah allah (saja) dna jauhilah Thaghut itu “ (An Nahl:36) “
Dan firman allah
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyuklan kepadanya : “bahwasannya tidak ada sesembahan (yang haq) melainkan aku, maka sembahlah aku olehmu sekalian” (Al Anbiya : 25)”.
Allah berfirman dengan mengisahkan kepada kita tentang Nabi Nuh, Huud, Shaleh, Syu’aib dan orang pilihan yang paling baik Shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihim, ketika berdakwah kepada kaumnya masing-masing :
يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“wahai kaum sembahlan allah, sekali-kali tak ada tuhan bagimu selainnya “ (Al Araf : 59 )
Firman allah
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“dan rabbmu telah memerintahkan supaya kamu janngan menyembah selain dia “ (Al Isra’ : 23)
Ayat-ayat dalam masalah ini sangat banyak, maka siapa yang yang mau memperhatikan dan mempelajari Al Qur’anul Karim niscaya akan menemukan kejelasan. Kemudian dalam sunnah nabawiyah yang mutawatir, juga menguatkan apa yang di paparkan dalam ayat Al Qur’anul Karim ini, yaitu tentang kesesuaian dakwah para Rasul di atas prinsip pokok agama yang asasnya adalah perintah untuk bertauhid dan memurnikan (mengikhhaskan) agama (amalan atau ibadah) hanya untuk allah serta larangan dari kesyirikan yang merupakan pembatal semua amalan
(Dikutip dari buku “Manhaj Dakwah Salafiyah penerbit Pustaka Al Haura’)