Kami menanyakan pertanyaan ini, pada tahun lalu setelah dilaksanakan kajian Manhaj al Anbiyaa.
Pertanyaan kepada Syaikh Rabi’ Ibn Hadi al Madkhali dalam menyangkal loyalis hizbi (pendukung aliran sesat, red), tanggal 26/4/2003 – 24 Safar 1424
Penanya: Sebagian orang berkata kepada kita, bahwa kita ini lemah, kita tidak mampu membuktikan kesalahan loyalis hizbi itu dan dalam kaitan dengan kekeliruannya, mereka menyatakan kita semestinya tidak menyalahkan loyalis hizbi tersebut, maka bagaimana nasihat engkau, wahai Syaikh?
Jawaban: Bagaimanapun juga, dakwah Salafiyyah tidak dapat diidentikan telah mencapai tingkat kelemahan dan kerendahan. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allaah Ta’ala. Setiap saat Salafiyun terus menuai kebaikan serta mengingkari kemungkaran. Dan mereka selalu memperingatkan supaya hati-hati terhadap ahli bid’ah (pembaharu dalam Dien, red) dan para penghulu fitnah. Walaupun, apabila para loyalis bid’ah ini diam lalu meninggalkan dia (Da’i Salafy, red), sampai dia mati dengan bid’ahnya, tak usah pedulikan loyalis hizbi ini.
Namun, jika ia adalah aktif menyebar kesesatan dan bid’ahnya dan fitnahnya, maka tidaklah diperkenankan baginya (Da’i Salafy) untuk mendiamkan saja syaithan jahat ini. Dan seorang muslim di negeri manapun layak, apakah dia salafy atau selainnya, patut menjelaskan dengan kalimat kebenaran, tetapi harus dengan hikmah, dalil/bukti dan kesaksian.
Nah, apabila bid’ah ini tersebar dan menyelimuti para pemuda, kemudian anda menyatakan kita ini lemah, tidaklah situasi yang ini seperti itu. Karena dengan (pertolongan) Allaah, mereka (loyalis hizbi) tidak akan mampu menghalangimu, tidak pula mereka mampu membunuhmu. Mereka tidaklah mampu melakukan hal ini, di negeri manapun (di antara negara-negara dunia) dan hanya kepada Allaah-lah segala puji kita berikan. Ini adalah suatu barakah. “Akan ada terus-menerus suatu kelompok yang dengan jelas menegakkan kebenaran [itu]”. Mereka harus menampakkan kebenaran, pernyataan mereka harus jelas, bukti (kesesatan yang ada dari ahli bid’ah tersebut, red) harus jelas, dan tindakan mereka harus jelas (pada ahli bid’ah, red), segala puji bagi Allaah semata. Mereka tidak akan dirugikan oleh para penentangnya maupun oleh para penyelisih yang berbeda dengannya, sampai datangnya janji Allah. Inilah yang prinsip yang paling penting untuk dimuliakan, bersamaan dengannya hikmah dan juga dalil-dalil. Barakallaahu Fiikum. Semoga Allah memberkahi Anda. Jika situasi seperti diatas, maka apakah loyalis hizbi menyenangi dia atau tidak, tetap saja mereka akan tidak diuntungkan sampai kapanpun.
Juga, jika mereka didukung untuk menebarkan kebohongan mereka dan mereka memenuhi dunia dengannya (bid’ah, red) dengan prinsip yang menyelisihi anda, kemudian “Jika anda diam dan akupun diam, sampai kapan akan orang-orang mengetahui kebenaran itu?”, sebagaimana yang Imam Ahmad Rahimahullaah katakan. Maka, penolakan atas mereka ini adalah suatu kewajiban , Barakallaahu fikum.
Penanya: Apakah hal ini harus selalu dilakukan oleh Ulama’ (orang yang berilmu), mengingat beberapa ungkapan bahwa engkau mestinya tidak menolak diri anda, karena anda tinggal di Barat, tetapi anda harus merujuk kepada Ulama’ dan membenarkan apa yang mereka katakan ?
Jawaban : Jika hal itu mungkin untuk merujuk kepada Ulama’, hal itu disepakati dengan menukilkan pernyataan mereka dan jika tidaklah mungkin, sementara bid’ah nampak jelas dan kesesatan sangat jelas, maka anda bisa menjelaskan (kesesatannya, red) sekalipun anda adalah seorang penuntut ilmu (tholabul ‘ilm), kemudian menerangkan hal itu. Jika anda tidaklah mampu maka tidaklah kemudian anda memaksakan untuk membicarakan agama Allaah, tentu saja bukan – berbicara kecuali dengan ilmu. Jangan berbicara tanpa ilmu – tentu saja -, sebab pendengaran, mata dan hati semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya.
Walaupun dia Ulama’, tidaklah dia diperkenankan untuk berbicara kecuali dengan ilmu, dalil dan kesaksian. Ini adalah ketetapan berkenaan dengan Agama Allaah – Barakallaahu Fiik.
(Sumber URL http://www.salafitalk.net/st/viewmessages.cfm?Forum=9&Topic=2970. Alih bahasa ke Inggris oleh Abdulillah)