Tafsir Surat Al-Baqarah: 1-2
Çáã(1) Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ áÇó ÑóíúÈó Ýöíåö åõÏðì áöáúãõÊøóÞöíäó(2)
“Alif Lam Mim. Kitab tersebut tidak ada keraguan didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
Diterangkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah:
Pembicaraan tentang apa yang terkandung di dalam lafadz basmalah telah berlalu. Adapun potongan-potongan huruf yang terdapat di dalam awal-awal surat, [seperti Çáã, ÇáÑ, Õ, Þ, dan lain-lain,] maka yang paling selamat, sikap terhadap potongan huruf tersebut adalah diam terhadap sikap mencari-cari maknanya. Hal ini karena tidak ada sandaran yang syar’i yang menerangkan kepada kita makna potongan-potongan huruf tersebut. [Tidak ada dari Al-Quran, Sunnah dan perkataan para shabat yang menerangkan maknanya.]
Namun harus diyakini bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkannya dalam keadaan sia-sia, tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan potongan huruf-huruf tersebut karena ada suatu hikmah yang kita tidak mengetahuinya, [karena Allah dan Rosul-Nya tidak memberitahukan kepada kita].
Dan firman Allah: { Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ } “Kitab tersebut (Al-Quranul Karim)”
Yakni kitab yang agung ini, yang mana kitab agung ini adalah kitab yang hakiki. Kitab tersebut mengandung segala sesuatu yang tidak dikandung oleh kitab-kitab yang telah lalu maupun kitab-kitab mutaakhirin, [apa yang terkandung dalam Al-Quran tidaklah sebagaimana yang terkandung pada apa yang ada dalam kitab-kitab yang telah lalu maupun kitab-kitab mutaakhirin atau kitab yang dikarang oleh manusia] karena kitab ini mengandung ilmu yang agung dan kebenaran yang jelas.
{ áÇó ÑóíúÈó Ýöíåö } “Tidak ada keraguan padanya”
Tidak ada padanya keragu-raguan dari segi manapun yang ada. [Apakah lafadznya, apakah maknanya, apakah pada waktu diturunkan maupun setelah meninggalnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, maka tidak terkandung padanya keraguan dan kebimbangan.] Dan ditiadakannya keragu-raguan dari Al-Quran Al-Karim ini memberikan konsekuensi lawannya. Lawan keraguan dan kebimbangan adalah al-yaqin (keyakinan, kepastian). Maka Al-Quran ini mengandung ilmu yaqin yang menghilangkan berbagai macam keragu-raguan dan kebimbangan.
Hal ini merupakan suatu kaidah yang bermanfaat, bahwasanya penafian (peniadaan) yang dimaksud dengan ayat ini [tatkala Allah berfirman (Ðóáößó ÇáúßöÊóÇÈõ áÇó ÑóíúÈó Ýöíåö )] maksudnya adalah pujian.
(Bersambung, Insya ALLAH)
(Kitab Taisir Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, Penulis Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di. Dibahas oleh Ustadz Muhammad Ikhsan, Pimpinan Ponpes Difa’anis Sunnah, Sewon, Bantul setiap hari Kamis pukul 16.00 – 17.30 di Masjid Al Hasanah, depan Mirota Kampus Jogjakarta.)