Ditulis Oleh al ustadz Abu Utsman Kharisman
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Mintalah perlindungan kepada Allah dari JAHDIL BALAA’ (musibah yang begitu berat dirasakan), DAROKISY SYAQOO’ (kesengsaraan), SUU-IL QODHO’ (keputusan yang buruk), dan kegembiraan musuh (atas keburukan yang menimpa kita) (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat al-Bukhari)
????Penjelasan:
Nabi shollallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan kepada kaum muslimin untuk berdoa minta perlindungan kepada Allah dari 4 hal, yaitu:
- Jahdil Balaa’
Ibnu Baththol menjelaskan makna Jahdil Balaa’: segala yang menimpa manusia berupa kesulitan; kesempitan; penderitaan yang tidak mampu ditanggungnya maupun ditolaknya dari dirinya. Itulah yang termasuk Jahdil Balaa’. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau ditanya tentang apakah Jahdil Balaa’, beliau menjawab: Hanya memiliki harta yang sedikit sedangkan tanggungan (anggota keluarga yang harus dibiayai) banyak (syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththol (10/110), juga dinukil al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (11/149)).
- Darokisy Syaqoo’
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan: (berlindung agar tidak) ditimpa kesengsaraan. Kesengsaraan adalah lawan dari kebahagiaan. Kebahagiaan penyebabnya adalah amal shalih. Sedangkan kesengsaraan penyebabnya adalah amal yang buruk. Jika engkau berlindung kepada Allah dari terkena kesengsaraan, ini mengandung doa agar engkau tidak melakukan amalan sebagaimana yang dilakukan oleh orang yang sengsara (Syarh Riyadhis Sholihin (1/1688)).
anNawawiy menjelaskan: (permintaan perlindungan dari kesengsaraan itu) berlaku untuk (kesengsaraan) di akhirat maupun di dunia (al-Minhaaj syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaaj (17/31)).
- Suu-il Qodho’
Suu-ul qodho’ (keputusan yang buruk) bisa bermakna 2 kemungkinan:
Pertama: Seseorang mengambil keputusan yang buruk. Tidak berdasarkan kebenaran, tapi berdasarkan hawa nafsu.
Kedua: Allah menetapkan untuknya ketetapan (takdir) yang buruk untuknya
(syarh Riyadhis Sholihin libni Utsaimin (1/1668))
- Syamaatatil A’daa’
Syamaatatil A’daa’ adalah kegembiraan yang dirasakan pihak musuh karena bencana yang menimpa lawannya (al-Minhaaj syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaaj (17/31)).
Untuk menjalankan perintah Nabi ini, kita bisa mengucapkan dalam doa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ وَدَرَكِ الشَّقَاءِ وَسُوءِ الْقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ
ALLAAHUMMA INNII A’UDZU BIKA MIN JAHDIL BALAA’ WA DAROKISY SYAQOO’ WA SUU-IL QODHO’ WA SYAMAATATIL A’DAA’ (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari JAHDIL BALAA’ (musibah yang begitu berat dirasakan), DAROKISY SYAQOO’ (kesengsaraan), SUU-IL QODHO’ (keputusan yang buruk), dan kegembiraan musuh (atas keburukan yang menimpa kita)
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melindungi dan memberikan keselamatan kepada segenap kaum muslimin….